Label

Japan (8) Info (5) automotive (3) IT (2) Islam (2) kesehatan (2) other (2) Inspirasi (1) bisnis (1)

Cari Artikel Blog

Kopi Luwak



Pada abad ke-19, sejumlah petani di tanah air, khususnya di Lampung, dipaksa
menanam kopi sebagai komoditas andalan. Mereka lalu diwajibkan menyetorkan semua
hasil panen ke pemerintah kolonial belanda. Suatu ketika, mereka menemukan sebuah cara
untuk menikmati kopi hasil panen tersebut. Caranya dengan ngelahang atau mengumpulkan kopi yang jatuh di tanah, juga yang berupa kotoran
luwak.

Ratusan tahun berjalan hingga kini, kebiasaan ngelahang yang dilakukan segelintir
petani kopi di Lampung barat dan Sumatera Selatan.
Brangkalan (biji-biji kopi yang bercampur kotoran luwak) biasa ditemukan saat musim-musim
panen kopi. Bisa di dahan, batang, tanah. Kemudian dikumpulkan dan diminum
sendiri oleh petani kopi setempat karena jumlahnya tidak banyak.

Kopi luwak hutan itulah sebutan warga Liwa untuk kopi luwak yang diperoleh dari
alam. Komoditas ini memiliki rasa gurih, aroma sangat tajam, tidak terlalu
asam.

Di pasaran kopi luwak dijajakan dengan rasa beragam, bahkan ada yang ditambah
aroma tanah yang eksotis. Kekhasan kopi luwak antara lain karena di dalam
organ pencernaan hewan tersebut kopi mengalami fermentasi alamiah oleh enzim-enzim
yang dihasilkan bakteri. Enzim terkait ternyata mengurangi keasaman biji kopi.
Proses itu juga menurunkan kadar kafein secara tajam pada kopi. Jadi, orang yang minum
kopi luwak sehari 10 gelas tidak masalah, tidak merusak tubuh.

Di daerah tertentu, kopi sengaja disimpan hingga 7 tahun hanya untuk menurunkan kadar
kafein dan keasamanya.
Pernyataan senada dikemukakan Massimo Marcone, peneliti kopi universitas Guelph,
Kanada, sebaimana di publikasikan Journal Food Research International. Pencernaan luwak
otomatis menurunkan kadar protein hingga menghasilkan rasa kopi yang unik dan
kaya. Kopi ini berkarakter lembut, terkadang berasa coklat atau karamel. Satu
dari kopi terbaik di dunia. Marcone memfokuskan penelitian kopi luwak
di indonesia.

Seiring ketenaranya, kopi luwak yang beredar di pasaran kini tidak lagi hanya
merupakan hasil pencarian di alam terbuka, seperti di kebun kopi atau hutan, sebagian
besar bahkan dihasilkAn di tempat pemeliharaan luwak.

Di Way Mengaku, Liwa. Misalnya, luwak yang terkenal liar dan buas dipelihara di dalam
kandang di pekarangan rumah warga khusus jenis Paradoxurus & Arctictis.
Musang luwak atau Paradoxurus hermaphroditus tercatat sebagai salah satu hewan yang
biasa memakan buah kopi dan menghasilkan kopi terbaik. Hewan ini banyak
ditemukan di hutan dan kebun Sumatera dan Jawa.

Luwak binturung atau Arctictis binturung menghasilkan kotoran yang lebih besar. Namun
saat ini musang beruang atau Luwak binturung termasuk hewan yang dilindungi.
Tidak mudah memelihara luwak, luwak sering kabur setelah menggigit kandang kayu dan kawat,
Luwak juga tergolong hewan kanibal karena saling membunuh jika ditempatkan dalam satu kandang, biaya operasional pemeliharaan luwak sangat
tinggi, mencapai Rp 55.000/ekor tiap harinya. Seekor luwak tiap hari diberi makan buah
kopi segar atau yang dinilai terbaik sebanyak 5kg, pisang minimal 1 tandan, suplemen atau
vitamin. Luwak hanya memakan buah kopi yang benar-benar matang dan segar.
berbagai proses ini yang membuat kopi luwak sangat mahal. Harga kopi luwak di
pasar international berkisar antara 7-32jt/kg. Kopi ini dicari karena langka dan prestis. Pasar
ekspor kopi luwak asal Liwa diantaranya ke Jepang, Korea, Hongkong, Kanada. Sebagai
perbandingan, biji kopi hacienda dr Panama dan kopi st. helena dari Afrika yang
masuk dalam jajaran kopi papan atas harganya masing-masing Rp 1
,5jt/kg dan Rp 1jt/kg.
Bahkan kopi luwak sampai dihargai US$100/cangkir atau hmpir Rp1jt.





LUWAK MAKAN PAKAN BIJI KOPI DARI PETANI






KOTORAN LUWAK







LUWAK LIAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar